SG - Dinas Koperasi dan UKM Jateng Dorong Pengembangan Bisnis Batik Lasem

Rembang, 10 Mei 2021 - Semen Gresik (SG) mendukung penuh upaya Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah untuk mengangkat batik Lasem sebagai warisan budaya lokal menjadi produk UKM yang memiliki brand dan bernilai bisnis tinggi. Bentuk support tersebut dengan memfasilitasi dua kegiatan, yaitu  Pendampingan DNA Brand Batik Lasem tanggal 6-7 Mei 2021 dan  Pelatihan Pengembangan Bisnis Batik Lasem pada 8-9 Mei 2021 yang digelar di Rumah BUMN Rembang.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jateng Ema Rachmawati mengapreasi SG yang antusias dan tanggap untuk berkolaborasi dalam kegiatan pendampingan DNA brand dan pelatihan strategi pengembangan bisnis batik Lasem di tengah persaingan industri kreatif.

Ema melanjutkan, batik Lasem melegenda karena punya corak dan warna yang indah, serta bernuansa multikultural. Sayangnya, mayoritas produknya hanya sebatas kain belum menjadi fashion yang Ready to Wear. Padahal di masa pandemi ini, orang cenderung menyukai baju.

‘’Maka kita dorong agar batik Lasem dimanfaatkan untuk  produk  fashion yang siap pakai, bisa model kasual atau blazer,'' kata Ema dalam siaran persnya, Senin (10/5).

Ditambahkan dia, peserta kegiatan tiap hari ada 15 orang yang berasal dari tiga elemen  yaitu komunitas rumah batik, lembaga pendidikan (SMKN 1 Sedan yang punya Jurusan Fashion) dan Rembang Fashion Community. Konsultan fashion dan desainer kenamaan Lisa Fitria turut dihadirkan sebagai tenaga ahli dalam program pengembangan bisnis batik Lasem ini.

Kepala Unit Komunikasi dan CSR SG Dharma Sunyata menegaskan, dukungan atas kegiatan ini sebagai bentuk tanggung jawab sosial SG sebagai fasilitator dalam meningkatkan kualitas SDM para pelaku UKM batik Lasem sehingga mereka mampu berinovasi saat merambah dunia fashion.

Batik tulis Lasem, kata Dharma, adalah kearifan lokal yang bisa dieksplorasi lebih maksimal. Dia berharap, program pelatihan akan makin  mendongkrak keterserapan produk UKM asal Rembang tersebut. ‘’Selain itu mendorong untuk Go Modern sebagai fashion yang kekinian dan punya brand. Apalagi Rembang ingin menjadi Kota Fashion,'' tandas Dharma.

Desainer fashion Lisa Fitria mengakui, kondisi UKM pengrajin batik Lasem hampir 90 persen menjual dalam bentuk kain lembaran, sedangkan 10 persen bentuk busana Ready to Wear yang sayangnya belum memiliki konsep desain atau karakter DNA. Padahal elemen terpenting dalam melahirkan sebuah brand fashion adalah bagaimana menentukan DNA yang unik dan berdampak.

Dalam kegiatan tersebut, Lisa mengupas tuntas strategi dalam penentuan DNA brand, termasuk  langkah-langkah awal membangun brand. Dia juga telah merancang sejumlah program ke depan dalam proyek pengembangan usaha batik Lasem, meliputi pembuatan kampanye fashion, peluncuran  fashion show, display outlet di Rumah BUMN, galeri, penggunaan jasa endorsement dari influencer hingga  peluncuran website yang berisikan penjualan dengan platform digital.